[Congkasae.com/Kereba] Kehadiran moda transportasi berbasis aplikasi Grab di Labuan Bajo disambut baik oleh warga lokal setempat termasuk para wisatawan yang berkunjung ke Labuan Bajo meski ditentang kelompok yang menamai diri masyarakat peduli transportasi (militan).
Dalam konferensi pers yang dilakukan Militan pada 8 April kemarin koordinator Militan John Dacosta mengatakan penolakan dari pihak militan dengan kehadiran transportasi berbasis aplikasi itu di Labuan Bajo.
John menyampaikan terdapat 7 pertimbangan mendasar pihaknya menolak kehadiran Grab di Labuan Bajo diantaranya Labuan Bajo yang dijadikan destinasi wisata super premium dianggap belum cocok menghadirkan Grab.
"Kehadiran Grab dalam jangka panjang akan menambah kemacetan di Labuan Bajo," kata John dalam Konferensi persnya di Labuan Bajo.
Kendati demikian pemerintah Kabupaten Manggarai Barat dan pemerintah pusat sepakat mendukung kehadiran moda transportasi berbasis aplikasi untuk memudahkan mobilitas para wisatawan ketika berkunjung ke Labuan Bajo.
Wakil Bupati Manggarai Barat Yulianus Weng mengatakan pada prinsipnya pemerintah mendukung moda transportasi berbasis aplikasi di Labuan Bajo demi memberikan kenyamanan bagi wisatawan.
"Kami sungguh menyadari bahwa tamu adalah berkah bagi kami. Oleh karena itu kami harus bisa memberi rasa aman dan nyaman kepada setiap tamu yang datang dengan menyediakan segala sarana yang mereka butuhkan, termasuk moda transportasi," kata Yulianus Weng ketika memberikan sambutan pada kegiatan Forum Diskusi dan Kolaborasi Akselerasi Digitalisasi Layanan/Produk Pariwisasta yang diselenggarakan oleh Bidang Produk Wisata dan Penyelenggara Kegiatan Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif RI, yang berlangsung di Ballroom Hotel Meruorah Labuan Bajo, Kamis (04/04/2024) lalu.
Tarif Semena-Mena dan Tak Masuk Akal
Di sisi lain kehadiran Grab di Labuan Bajo dianggap banyak memberikan kontribusi bagi kelancaran mobilitas warga ketika berkunjung ke Labuan Bajo.
Hal tersebut diakui Maria, salah seorang wisatawan asal Jakarta yang merasa kecewa dengan mahalnya tarif jasa transportasi lokal di Labuan Bajo.
"Saya pernah naik transportasi lokal mas, dari Bandara Komodo ke hotel diminta seratus ribu padahal jaraknya tak sampai satu kilo meter dan tak sampai sepuluh menit,"kata Maria di Bandara Komodo Labuan Bajo Kamis.
Ia merasa harga tersebut sangatlah mahal apabilah dibandingkan dengan tarif Grab yang hanya 10.000 rupiah.
Untuk itu dirinya merasa perlu mendukung kehadiran Grab di Labuan Bajo kedepan agar memberikan rasa aman bagi para wisatawan.
"Kalau gak begitu para pelaku transportasi lokal sesuka hati dalam menentukan tarif mas, kasian para wisatawan nantinya,"ujarnya menambahkan.
Perlu Mencontohi Bali
Hal tersebut juga dirasakan Alber seorang warga asli Labuan Bajo yang merasa kehadiran transportasi Grab mendukung pariwisata super premium di Labuan Bajo.
Menurutnya kemajuan teknologi Informasi saat ini harus disambut baik oleh pelaku pariwisata demi menggaet jumlah kunjungan wisatawan yang lebih besar ke Labuan Bajo.
"Pada prinsipnya sekarang ini fleksibilitas dalam mobilitas itu diperluhkan untuk mendukung pariwisata yang berkelanjutan di Labuan Bajo, kalau masih menggunakan transportasi lokal itu kita akan ketinggalan jauh,"ujarnya.
Ia mencontohkan Bali sebagai destinasi wisata kelas dunia sangat terbuka dengan segala masukan termasuk kehadiran Grab dan Gojek karena masyarakatnya tahu bahwa ini akan mendukung pariwisata Bali yang berkelanjutan.
"Makanya Bali saat ini sangat banyak diminati wisatawan untuk belibur, karena masyarakatnya sangat terbuka dengan hal-hal yang positif termasuk kehadiran Grab dan Gojek sebagai urat nadi transportasi,"tambahnya.