- -->
  • Jelajahi

    Copyright © Congkasae.com
    Best Viral Premium Blogger Templates

    Iklan

    Pendidikan Karakter dalam Perspektif Ki Hadjar Dewantara

    Kolumnis| Congkasae.com
    20 Agustus, 2024, 07:22 WIB Last Updated 2024-08-20T00:22:14Z
    Post ADS 1
    Post ADS 1
    Pendidikan Karakter dalam Perspektif Ki Hadjar Dewantara


    *** Oleh Anselmus Sudirman*** 

    Perhatian kita pada pendidikan karakter seakan dipaksa untuk kembali ke garis depan di tengah berbagai masalah sosial yang dihadapi generasi muda Indonesia saat ini, seperti peningkatan kasus penyalahgunaan narkoba, kenakalan remaja, dan perundungan antar siswa. 


    Situasi ini menunjukkan bahwa pendidikan kita belum mencapai tingkat kemajuan yang diharapkan. Pendidikan karakter harus terus dikembangkan jika kita ingin menghasilkan generasi yang berbudi luhur yang sesuai dengan nilai-nilai bangsa kita.


    Ki Hadjar Dewantara, figur paling terkenal dalam bidang pendidikan Indonesia, menekankan bahwa pendidikan harus mencakup semua aspek kognitif, afektif, dan psikomotorik. 


    Menurut Dewantara, karakter sangat penting untuk perkembangan intelektual generasi muda. Kesuksesan pendidikan karakter sangat bergantung pada kerja sama ketiga komponen ini dalam sistem vernakuler yang dia buat, yang dikenal sebagai Tri Pusat Pendidikan: keluarga, sekolah, dan masyarakat.


    Kenyataannya, banyak sekolah telah berusaha mengintegrasikan pendidikan karakter dengan kegiatan yang berkaitan dengan budaya lokal, termasuk tarian, musik tradisional, dan bahasa lokal. 


    Namun, beberapa masalah klasik bermunculan. Misalnya, banyak siswa berperilaku tidak sesuai dengan norma lokal. Ada penyalahgunaan teknologi, pengawasan keluarga yang buruk, dan kurangnya dukungan masyarakat.


    Salah satu faktor yang memengaruhi pembentukan karakter anak adalah pengawasan yang dilakukan oleh keluarganya. 


    Risiko anak terpapar perilaku negatif meningkat ketika kontrol orang tua lemah. Hal ini jelas menunjukkan betapa pentingnya peran keluarga dalam mencapai tujuan pendidikan karakter dan pendidikan formal di sekolah.


    Salah satu strategi yang bisa diterapkan untuk mengatasi masalah ini adalah pengintegrasian modal sosial dan budaya. 


    Modal sosial, sebagai kekuatan kolektif yang mengikat masyarakat, memiliki kemampuan untuk memperkuat karakter anak-anak melalui interaksi sosial yang kuat. 


    Modal budaya, di sisi lain, memberikan kerangka nilai yang sangat penting untuk pembentukan karakter, mendorong dan mendukung anak-anak untuk mengikuti norma dan prinsip yang berlaku dalam masyarakat. 


    Kondisi ini membantu membangun karakter yang sesuai dengan prinsip-prinsip yang dianggap baik oleh masyarakat.


    Dalam perspektif Ki Hadjar Dewantara, keluarga, sekolah, dan masyarakat adalah tiga pusat pendidikan utama yang berkontribusi pada pembentukan karakter anak. 


    Masing-masing memiliki peran penting dalam mendukung pendidikan nasional. Dalam masyarakat yang plural seperti Indonesia, ketiga komponen ini berperan penting dalam membangun karakter yang kuat dan unggul.


    Pertama, keluarga adalah tempat pertama dan terpenting bagi anak untuk belajar. Orang tua tidak hanya bertanggung jawab untuk mengajarkan anak-anak tentang nilai-nilai moral dan etika, tetapi juga  menjadi teladan dalam bentuk perkataan, sikap dan tindakan. 


    Peran ini sangat penting untuk menanamkan nilai-nilai moral dan etika pada anak-anak.


    Kedua, tempat kedua di mana anak-anak mendapatkan pendidikan formal adalah sekolah. Sekolah dapat menggunakan kurikulum dengan pendidikan karakter untuk memperkuat nilai-nilai yang sudah diajarkan di rumah. 


    Dalam hal ini, sistem among ala Ki Hadjar Dewantara, yang menekankan pendidikan melalui contoh nyata dan kasih sayang, sangat relevan.


    Dalam buku berjudul Understanding Character Education Approaches, Applications and Issues (2021), Paul Watts, Michael Fullard dan Andrew Peterson menegaskan bahwa pendidikan karakter bisa dibentuk di sekolah melalui eksplorasi prinsip-prinsip yang mendasari praktik pedagogis demi terwujudnya sekolah sebagai pusat pembentukan calon pemimpin dan praktisi yang berdedikasi di masa mendatang.  


    Ketiga, masyarakat memainkan peran yang signifikan dalam mengembangkan karakter seorang anak. Lingkungan yang baik, hubungan yang positif, dan contoh publik yang baik sangat membantu menginternalisasi prinsip-prinsip positif pendidikan karakter. 


    Anak-anak akan melihat masyarakat yang memiliki prinsip sosial dan budaya yang baik ini untuk ditiru.


    Kemajuan teknologi yang begitu pesat adalah komponen penting lain dalam pendidikan karakter di era modern. Meskipun teknologi memiliki banyak keunggulan, penyalahgunaannya merupakan masalah yang sangat besar. 


    Banyak anak yang lebih tertarik pada konten negatif di internet daripada nilai-nilai budaya lokal yang diajarkan di sekolah. 


    Oleh karena itu, literasi digital harus disertakan dalam menghadapi kemajuan teknologi sehingga memastikan bahwa anak-anak dapat memanfaatkan teknologi dengan bijak. 


    Implementasi Pendidikan Karakter

    Pendidikan karakter harus fleksibel dan aplikatif dalam penerapannya dan dapat disesuaikan dengan perubahan zaman. 


    Meskipun bersifat normatif, pendidikan karakter memerlukan   pendekatan yang lebih spesifik untuk meningkatkan modal sosial dan budaya yang solid.


    Sekolah harus memasukkan pendidikan karakter ke dalam semua mata pelajaran dan kegiatan ekstrakurikuler, sehingga etika dan moralitas menjadi bagian integral dari pendidikan nasional.


    Sekolah harus melibatkan orang tua dalam setiap program pendidikan karakter, bukan hanya sebagai pengawas dan mitra aktif. 


    Untuk itu, diperlukan program yang mendidik orang tua tentang peran mereka dalam menerapkan pendidikan karakter.


    Membangun pendidikan karakter di Indonesia tidak hanya menjadi tanggung jawab sekolah, tetapi juga keluarga dan masyarakat. 


    Membangun masyarakat yang aktif dalam kegiatan kebudayaan lokal dan kegiatan sosial lainnya adalah cara terbaik untuk mengembangkan modal sosial. 


    Metode holistik yang ditawarkan oleh Ki Hadjar Dewantara melalui Tri Pusat Pendidikan—keluarga, sekolah, dan masyarakat – masih relevan dan bahkan sangat diperlukan saat ini. 


    Sejalan dengan pandangan Ki Hadjar Dewantara, kesuksesan pendidikan karakter adalah usaha kolektif yang memerlukan kerja sama dan komitmen dari semua pihak yang terkait, dan pendekatan sinergis antar elemen ini, didukung oleh modal sosial dan budaya yang kuat dan menjadi kunci untuk membentuk karakter kuat dan berbudi luhur bagi generasi penerus bangsa. 


    Pendidikan karakter dapat dilaksanakan dengan lebih baik jika ada sinergi antara keluarga, sekolah, dan masyarakat, dan pemanfaatan yang efektif dari modal sosial dan budaya. Kondisi ini mendukung pembentukan generasi muda yang berbudi luhur, jujur, dan mampu bertanggung jawab secara sosial.


    Untuk menerapkan pendidikan karakter, pendekatan yang lebih holistik dan sinergis diperlukan. 


    Kita dapat membentuk generasi muda yang berbudi luhur dan berintegritas tinggi dengan meningkatkan sinergi antara keluarga, sekolah, dan masyarakat serta memperhatikan tantangan modern seperti kemajuan teknologi. 


    Untuk melaksanakan pendidikan karakter secara efektif, Ki Hadjar Dewantara menyarankan kita untuk menggunakan Tri Pusat Pendidikan. 


    Namun, keberhasilan sistem ini sangat bergantung pada partisipasi dan kolaborasi dari semua pihak yang terlibat. 


    Jika ada solusi yang nyata dan dapat diterapkan, pendidikan karakter dapat berjalan dengan lebih baik dan membawa perubahan positif bagi bangsa.


    Penulis adalah dosen Universitas Sarjanawiyata Tamansiswa, Yogyakarta 


    Komentar

    Tampilkan