[Congkasae.com/Kereba] Fenomena kelangkaan Bahan Bakar Minyak (BBM) di sejumlah daerah di Kabupaten Manggarai, Manggarai Barat dan Manggarai Timur dalam beberapa bulan belakangan akhirnya terungkap.
Masalah antrean panjang kendaraan di sejumlah Stasiun Pengisian Bahan Bakar Umum (SPBU) rupanya dipicu oleh keterbatasan kendaraan pengangkut dari Reo.
Hal itu dijelaskan Kepala General Manager Fuel pertamina Reo Muhammad Agung Adriyanto. Menurutnya stok Bahan Bakar Minyak di pertamina Reo selama ini masih aman.
Kendati demikian Agung mencatat konsumsi BBM untuk wilayah daerah yang dilayani depo pertamina Reo terus mengalami peningkatan sejak bulan Juni hingga Agustus 2024.
"Untuk bulan Juni jumlah BBM yang dikeluarkan dari Pertamina Reo sebesar 424 KL per hari dan pada bulan Juli menjadi 492 KL per hari, sedangkan di bulan Agustus mencapai 542 KL per hari,” ujarnya.
Selain itu, sambung Agung, antrean panjang di sejumlah SPBU dipicu oleh keterbatasan kendaraan pengangkut dari Reo.
Ia mencontohkan untuk wilayah Labuan Bajo jika kondisi normal sebenarnya hanya memerlukan 7 mobil tangki berkapasitas 16 Kilo Liter perhari.
"Hanya saja karena adanya pengerjaan jalan di wilayah Cireng mobilitas agak terganggu, selain itu karena jarak yang jauh kebutuhan akan mobil tangki berkapasitas 16KL menjadi 13 mobil,"terang Agung.
Antrean panjang kendaraan di wilayah Cireng Manggarai akibat pelebaran jalan |
Fenomena kelangkaan BBM jenis pertalite dan solar rupanya dikeluhkan sejumlah pengusaha angkutan umum.
Salah seorang pemilik kendaraan di wilayah desa Rana Mbata, kecamatan Kota Komba Utara, Kabupaten Manggarai Timur terpaksa menghentikan operasional kendaraannya lantaran kehabisan stok BBM.
"Usaha saya bergerak dibidang distribusi air minum ke rumah-rumah warga, biasanya di puncak musim kemarau seperti ini saya sampai kewalahan melayani permintaan air minum dari warga, namun akibat kelangkaan BBM makanya saya menghentikan operasional bisnis saya,"kata seorang pengusaha di desa Rana Mbata.
Ia mengatakan kalaupun BBM dibeli secara eceran, hitung-hitungannya merugi, lantaran harga jual BBM eceran jauh lebih mahal dengan takaran yang tidak pasti.
"Sekarang beli bensin satu botol air mineral itu di sini sudah 25.000 takarannya tak sesuai,"ujarnya.
Salah seorang pengecer BBM di wilayah Mukun, kecamatan Kota Komba Utara juga membenarkan hal tersebut.
Ia merasa kesulitan dalam membeli BBM di pertamina sejak beberapa bulan terakhir, hal tersebut terjadi lantaran antrean panjang di sejumlah SPBU di Ruteng dan di Borong.
"Susah sekarang mau dapat pasokan BBM sudah tidak seperti dulu lagi,"katanya.
Karena hal tersebut, ia memilih menaikkan harga jual eceran BBM ke konsumen dengan harga Rp. 25.000/botol air mineral.
Hal tersebut dikeluhkan sejumlah pembeli lantaran kenaikan harga yang terjadi cukup signifikan dari harga sebelumnya sebesar Rp. 20.000/ botoll air mineral.
Untuk mengatasi hal tersebut kepala General Manager Fuel Pertamina Reo Muhammad Agung Adriyanto mengatakan pihak pertamina sudah mengajukan penambahan mobil tangki pengangkut BBM untuk wilayah operasi yang dilayani pertamina Reo.
Ia merinci 1 mobil tangki berkapasitas 16 KL didatangkan dari Maumere, satu unit dari pertamina Yusri, 2 unit mobil tangki didatangkan dari pertamina Bima, sementara 3 unit lainnya didatangkan dari Jakarta.
Agung berharap dengan adanya penambahan unit mobil pengangkut BBM tersebut fenomena antrean panjang dan kelangkaan BBM di sejumlah wilayah bisa teratasi dengan cepat.