[Congkasae.com/Kereba] Para peternak babi di desa Mokel Morid, Kecamatan Kota Komba Utara, Kabupaten Manggarai Timur harus mengelus dada setelah ternak babi yang mereka pelihara mogok makan yang berujung pada kematian massal.
Salah seorang peternak babi Veronika Sana mengatakan ternak babi yang dimilikinya tiba-tiba mogok makan dalam beberapa hari sebelum akhirnya mati.
"Padahal saya sudah berusaha untuk mengikuti protokol pemeliharaan dan penanganan ternak babi yang dianjurkan pemerintah misalnya tidak memberikan sisah makanan daging babi ke ternak, membersihkan kandang dan membatasi akses masuk ke kandang,"kisah ibu tiga anak ini yang mengaku sedih setelah babi induk miliknya mati pada Rabu (14/8/2024).
Ia menambahkan kasus kematian massal pada ternak babi di hampir semua wilayah desa Mokel Morid terjadi sejak beberapa bulan terakhir.
Di kampung Bebot misalnya kematian ternak babi terjadi hampir setiap minggu.
"Kadang hanya berselang dua tiga hari kematian ternak babi,"tambahnya.
Sementara itu salah seorang peternak lain mengaku ciri utama pada ternak babi yang mati memiliki gejala sama dengan ciri babi yang terinfeksi wabah flu babi.
"Misalnya babi menunjukan gejala demam tinggi, badan dan kakinya tremor kalau jalan, terus babi tak mau makan, kondisi itu akan terus berlangsung hingga babi mati,"kisah sumber ini.
Ia menambahkan selain itu ternak babi yang terserang wabah flu babi juga sangat cepat menyebar ke babi lain yang masih sehat.
"Meskipun kita membatasi akses ke kandang babi tapi itu tidak akan banyak membantu,"ujarnya.
Fenomena itu bagai makan buah simalakama kata Veronika Sana.
"Kalau babi sudah mogok makan kami semua hanya berharap pada keajaiban, kadang sampai tak tidur semalaman saking stres dan pusingnya,"kisah Veronika.
Ia mengaku sangat bersedih lantaran induk babi yang mati miliknya sedang bunting.
"Babi saya itu hanya sakit 3 hari sebelum akhirnya mati,"ujarnya.
Ia berharap ada intervensi pemerintah dalam mengatasi wabah flu babi Afrika yang menyerang ternak babi miliknya.
"Selama ini kami para peternak dibiarkan begitu saja ketika mengalami kendala harapannya ada intervensi dari pemerintah,"pintanya.
Sebelumnya dinas peternakan kabupaten Manggarai Timur mengeluarkan surat edaran perihal pembatasan impor ternak babi beserta produk turunannya termasuk daging babi ke wilayah Manggarai Timur untuk mencegah wabah ASF.
Namun surat edaran tersebut tak dihiraukan para pelaku usaha di sektor peternakan.
Dalam penelusuran media ini misalnya para penjual babi anakan alias piglet berkeliar bebas di wilayah Manggarai Timur.
Salah seorang warga Desa Rana Mbata mengatakan umumnya ternak babi itu dibawah menggunakan kendaraan sepeda motor dari wilayah Manggarai.
"Pertanyaannya apakah anak babi yang dibawah masuk ke Manggarai Timur dari Manggarai Tengah itu sudah melewati uji kesehatan?" tanya sumber ini.
Ia menduga penyebab utama mewabahnya virus flu babi afrika di wilayah Manggarai Timur lantaran bebasnya akses keluar masuk penjual bibit babi alias piglet asal kabupaten Manggarai.
"Soalnya kami juga mengalami kejadian dimana ada tetangga yang beli bibit babi dari seorang yang menjual dengan sepeda motor, hanya selang 3 hari setelah itu babi anak yang dibeli itu mati, setelah itu kami punya babi di kampung Kijung mati semua virus menyebar,"kisah sumber ini.
Sejak saat itu ia menaruh kecurigaan pada ternak babi yang dibeli dengan sepeda motor yang berasal dari kabupaten Manggarai.
"Mohon ini menjadi atensi pemerintah setempat begitu pula bagi masyarakat untuk batasi pembelian anak babi di sepeda motor,"pintanya.
