[Congkasae.com/Kereba] Aparat Kepolisian Resort Manggarai Timur tengah melakukan penyelidikan terhadap kasus dugaan korupsi pada pembangunan Rumah Sakit Pratama Watu Nggong yang terletak di kecamatan Congkar, Kabupaten Manggarai Timur, Flores, NTT.
Kapolres Manggarai Timur AKBP Suryanto mengatakan pihaknya tengah melakukan penyelidikan terhadap dugaan korupsi pembangunan RS Pratama Watu Nggong yang menelan dana miliaran rupiah itu.
Ia berujar pemeriksaan tahap awal sudah dilaksanakan dengan memanggil Penjabat Pembuat Komitmen (PPK) proyek tersebut atas nama Benediktus Samsu.
Samsu diperiksa pada 19 September lalu dengan agenda klarifikasi pada pemberitaan di media massa.
"Pemeriksaan dilanjutkan pekan ini,"ujar Kapolres Manggarai Timur AKBP Suryanto Kamis.
Rumah Sakit Pratama Watu Nggong mulai dibangun pada tahun 2021 silam dengan menelan anggaran yang fantastis sebesar Rp. 45 Miliar.
Dari total anggaran Rp. 45 Miliar rupiah itu Rp. 30 Miliar digunakan untuk membangun gedung sementara Rp. 15 Miliar sisahnya untuk pengadaan alat-alat kesehatan di rumah sakit tersebut.
Badan Pemeriksa Keuangan sempat menemukan ada pengurangan volume pengerjaan rumah sakit tersebut.
Meski sudah diresmikan oleh bupati Manggarai Timur Andreas Agas pada bulan Desember tahun lalu namun pelayanan pasien di Rs Pratama Watu Nggong belum dilakukan secara optimal selama beberapa bulan.
Pelayanan baru dilakukan secara optimal pada bulan April tahun ini.
Kasus dugaan korupsi yang terjadi di rumah sakit Pratama Watu Nggong terungkap setelah media suara buruh mempublikasikan berita soal dugaan mark up serta ketidak sesuaian antara anggaran yang dikeluarkan pemerintah dengan alat fisik yang ada di rumah sakit.
Dalam penelusuran suaraburuh terdapat mark up harga pembelian gorden anti darah pada ruangan bersalin I dan ruangan bersalin II.
Barang-barang tersebut, demikian suara buruh, tidak ada di rumah sakit pratama Watu Nggong.
Direktur Utama RS Pratama Watu Nggong Maria Figiliana mengatakan kepada suaraburuh jika pihak rumah sakit tak mengagendakan belanja gorden pada tahun 2023.
Belanja lain yang juga diduga bermasalah adalah soal pengadaan 35 unit tempat tidur pasien dewasa dan 15 unit tempat tidur pasien anak yang menurut dirut RS Pratama Watu Nggong hanya terdapat 8 unit tempat tidur anak dan 22 unit tempat tidur dewasa.
Jika disandingkan dengan data yang ditemukan suaraburuh dengan yang ada di RS Pratama terdapat perbedaan jumlah tempat tidur di rumah sakit itu dengan selisih sebanyak 15 unit tempat tidur.
Kasus tersebut kini tengah ditangani unit Tindak Pidana Korupsi polres Manggarai Timur, Benediktus Samsu yang menjabat sebagai pegawai PPK pembangunan rumah sakit itu akan kembali menjalani pemeriksaan ulang pada pekan ini.