- -->
  • Jelajahi

    Copyright © Congkasae.com
    Best Viral Premium Blogger Templates

    Iklan

    Polisi Bongkar Makam Elda, Mengapa Marak KDRT Pasangan Muda di Manggarai?

    Tim Redaksi | Editor: Antonius Rahu
    12 Oktober, 2024, 18:38 WIB Last Updated 2024-10-12T12:56:13Z
    Post ADS 1
    Post ADS 1


    Makam mendiang Elda dibongkar polres Mabar demi otopsi jenazah

    [Congkasae.com/Kereba] Kasus kematian misterius yang dialami Suastina Melci Elda (23) seorang Ibu Rumah Tangga yang meninggal dunia di Nggilat, Kecamatan Macang Pacar, Kabupaten Manggarai Barat memasuki babak baru setelah Polisi membongkar makam mendiang Elda pada Sabtu 12 Oktober pagi.


    Aparat penyidik polres Manggarai Barat mendatangkan tim Inafis dari polda NTT untuk melakukan proses otopsi jenazah Suastina Melci Elda.


    Kapolres Manggarai Barat AKBP Christian Kadang yang hadir menyaksikan proses pembongkaran makam Elda di tempat pemakaman umum Watu Langkas, Sabtu 12 Oktober 2024  mengatakan pembongkaran makam dilakukan untuk kepentingan otopsi jasad mendiang Elda demi kepentingan proses penyelidikan kasus yang tengah bergulir di kepolisian.


    Selain kapolres Manggarai Barat pembongkaran makam Elda itu juga disaksikan sejumlah instansi pemerintah Kabupaten Manggarai Barat termasuk pemerintah desa Watu Langkas serta keluarga besar korban.


    Kasus kematian Elda menuai perhatian publik setelah keluarga memutuskan untuk membawa kasus ini ke ranah hukum lantaran ditemukan sejumlah kejanggalan dibalik kematian korban.


    Dosen hukum Pidana serta praktisi hukum Dr. Edi Hardum, S.H, MH kepada Congkasae.com Sabtu petang mengatakan jika diamati dari fakta yang terdapat pada tubuh korban sulit rasanya mempercayai keterangan Eduardus Ungkang yang mengatakan jika korban meninggal akibat gantung diri.


    "Korban sepertinya dibunuh dengan cara melalui penganiayaan berat,"kata Praktisi hukum Edi Hardum kepada Congkasae.com Sabtu (12/10/2024) petang.


    Ia mengatakan langkah kepolisian yang sudah mengambil tindakan otopsi pada jasad Elda sudah tepat.


    Ia mengatakan aparat kepolisian harus bekerja secara cepat mengungkap pelaku pembunuhan terhadap korban dengan melakukan olah tempat kejadian perkara dan runut cerita dari para saksi. 


    Ia menyarankan Polda NTT untuk mengambil alih penanganan kasus ini,"Mengingat banyaknya kasus yang menumpuk di Polres Manggarai Barat yang sampai saat ini butuh penyelesaian juga,"ujar Edi.


    Dalam catatan media ini kasus kematian Elda merupakan kasus kedua dalam beberapa bulan ini.


    Sebelumnya pada 26 Juni 2024 silam kasus serupa juga terjadi pada pasangan muda asal Golo Cala, Desa Umung, Kecamatan Satar Mese Kabupaten Manggarai.


    Anastasia Jelita meninggal secara teragis di tangan suaminya sendiri Yusintus Tua setelah Anastasia menyuruh suaminya untuk mengusir anjing di dekat tungku api.


    Yusintus yang naik pitam langsung melancarkan serangan penganiayaan terhadap istrinya yang berujung pada kematian istrinya.


    Meski sempat mengelak, polisi akhirnya menyeret Yusintus Tua ke meja hijau setelah dilakukan proses otopsi pada jasad Anastasia dan ditemukan penganiayaan berat yang menyertai kematian Anastasia.


    Menanggapi hal itu Sosiolog Universitas Nusa Cendana (Undana) Kupang Lasarus Jehamat mengatakan dari kacamata sosiologi kasus Kekerasan Dalam Rumah Tangga (KDRT) disertai pembunuhan yang melibatkan pasangan muda disebabkan oleh beragam faktor.


    "KDRT ini dapat dianalisis karena banyak sebab. Bisa karena alasan psikologis, ekonomis maupun sosial budaya,"ujar Lasarus Jehamat dalam keterangan kepada Congkasae.com Sabtu (12/10/2024).


    Ia mengatakan secara psikologis, KDRT pasangan muda disebabkan karena keterpecahan mental.


    Secara ekonomi, kata dia, KDRT pasangan muda juga bisa disebabkan karena kebuntuan ekonomi dan secara sosial bisa karena tekanan sosial. 


    "Tekanan sosial bisa disebabkan karena belajar, lihat, dengar KDRT di banyak tempat melalui media. Bisa juga karena kegagalan individu itu diterima secara sosial,"papar Lasarus.


    Akibatnya, sambung Lasa, istri atau suami atau pasangannya yang menjadi ruang pelampiasan. 


    "KDRT bisa terjadi dalam konteks demikian. Terutama sekarang Situasi sosial sekarang memungkinkan banyak pihak terjebak dalam berbagai kasus,"katanya.


    Kasus kematian Elda meninggalkan teka-teki yang belum terjawab secara tuntas hingga saat ini.


    Kuasa Hukum Keluarga korban Lambertus Sedus mengatakan diperluhkan waktu yang cukup dalam mengungkap pelaku utama kematian Elda.


    Hal tersebut kata, Lamber dilakukan secara hati-hati untuk menghindari kesalahan penetapan tersangka.


    sejauh ini polisi telah mengambil keterangan Eduardus Ungkang sang suami dari mendiang Elda dalam kapasitasnya sebagai saksi.


    Pemeriksaan terhadap Eduardus dilakukan pada Kamis kemarin.


    Kendati demikian belum ada tersangka dalam kasus ini.


    Sementara itu Dosen ilmu Hukum Pidana Edi Hardum berharap polisi harus mengusut tuntas kasus dugaan pembunuhan yang dialami Suastina Melci Elda.


    Hal tersebut menurut Edi untuk menghindari preseden buruk di masa depan.


    "Sebab, kalau tidak diusut tuntas maka akan menjadi preseden buruk ke depan, bisa terjadi kasus yang sama di tempat lain atau keluarga lain. Ingat, pengungkapan tuntas kasus seperti ini menandakan negara hadir,"ujar Edi.


    Ia mengatakan polisi harus benar-benar menjalankan tugas utamanya dalam kasus ini yakni melindungi masyarakat dan menegakan hukum.


    Selain itu Sosiolog Undana Kupang Lasarus Jehamat menyoroti peran orang tua dan lingkungan sosial dalam menekan jumlah kasus serupa di masa depan.


    Ia mengatakan seharusnya nilai-nilai dan norma itu harus ditanamkan kepada anak sejak kecil.


    "Soal utama karena anak tidak pernah ditanamkan nilai baik sejak kecil,"ujar Lasarus.


    Ia mengatakan referensi nilai dan norma yang diterima anak sangatlah berbeda jika menggunakan acuan media sosial dan bukan ditanamkan dari orang tua.


    "Sekarang memang mendidik anak itu sulitnya bukan main.  Referensi nilai menjadi aneh kalau berdasarkan gadget atau medsos. Bukan berbasiskan adat dan budaya. Ini soal kita sebetulnya,"papar Lasarus.

    Komentar

    Tampilkan