Letusan gunung Lewotobi laki laki Minggu 4 November 2024 |
Gunung berapi Lewotobi pertama kali meletus tahun 1932, letusan terbesarnya terjadi tahun 1999 dan 2024
[Congkasae.com] Gunung berapi Lewotobi di kabupaten Flores Timur, Nusa Tenggara Timur rupanya memiliki sejarah letusan yang cukup panjang.
Gunung berapi aktif yang terdiri dari dua puncak gunung yang terpisah ini dikenal sebagai sepasang suami istri berdasarkan mitologi kuno yang beredar di masyarakat setempat.
Diantara banyaknya gunung berapi yang dilalui oleh cincin api alias Ring Of Fire di pulau panas bumi Flores seperti gunung Ranaka di Manggarai, gunung Inerie dan inelika di Ngada, gunung Ebulobo di Nagekeo, Gunung Iya di Ende dan gunung Rokatenda di Sikka, gunung Lewotobi termasuk gunung berapi aktif yang sering meletus.
Gunung Lewotobi telah mengalami beberapa letusan signifikan yang beragam dalam skala dan dampaknya.
Di tahun 1932, Lewotobi Laki-Laki mulai menunjukkan aktivitas erupsi berupa letusan gas.
Kawah akibat letusan gunung Lewotobi |
Setahun setelahnya, pada Desember 1933, gunung tersebut kembali mengalami erupsi dengan letusan abu yang signifikan.
Letusan besar kembali terjadi pada 1939, tepat enam tahun setelah letusan sebelumnya, menunjukkan siklus yang cukup khas.
Pada tahun 1991, setelah lebih dari 50 tahun dorman, Lewotobi Laki-Laki kembali meletus, menyebabkan aktivitas vulkanik yang cukup kuat pada Mei dan Juni.
Erupsi yang paling merusak tercatat terjadi pada tahun 1999, ketika gemuruh dan semburan lava yang menyala mencapai radius 500 meter dari kawah gunung.
Letusan ini juga menyebabkan kebakaran hutan di area yang lebih dari 2,5 kilometer, dengan abu vulkanik menyebar hingga radius 8 kilometer, menjangkau wilayah seperti Boru, Bawalatang, dan Watukobu.
Gunung Lewotobi terkenal dengan dua kawahnya yang berbeda ukuran.
Kawah di puncak Lewotobi Laki-Laki berdiameter 400 meter dan menghadap ke utara, sedangkan kawah Lewotobi Perempuan memiliki lebar sekitar 700 meter.
Keberadaan dua kawah ini memberikan pemandangan alam yang megah, tetapi juga menjadi titik pengamatan penting bagi para ahli vulkanologi karena aktivitas vulkanik sering kali berasal dari kedua kawah ini.
Seorang ahli vulkanologi John Seach dalam situs volcanolive.com menyebutkan bahwa aktivitas vulkanik yang terjadi di Lewotobi termasuk letusan magmatik eksplosif, yang merupakan ciri khas gunung berapi jenis andesit.
Letusan semacam ini seringkali menghasilkan abu vulkanik dalam jumlah besar yang tersebar hingga beberapa kilometer, menyebabkan gangguan di wilayah sekitar.
Letusan Gunung Lewotobi disebabkan oleh aktivitas magmatik yang khas dari jenis gunung berapi andesit.
Aktivitas ini menghasilkan tekanan di dalam kawah yang kemudian melepaskan material vulkanik ke permukaan.
Letusan terbaru pada Minggu 4 November 2024 bahkan memuntahkan bebatuan panas sejauh 6km dari puncak kawah merobohkan bangunan rumah warga, sekolah, termasuk biara.
Letusan itu juga menghancurkan badan jalan trans Flores akibat hantaman bebatuan bersuhu panas dari dalam perut bumi menyebabkan badan jalan bolong, kaca mobil pecah serta menciptakan kawah berdiameter cukup besar di atas tanah yang berjarak 5km dari puncak kawah.
Eksplosifnya letusan Lewotobi juga mengakibatkan 10 orang warga meninggal dunia sementara jumlah pengungsi yang terdampak sudah puluhan ribu.
Pemerintah berencana melakukan relokasi secara permanen terhadap warga terdampak yang mendiami wilayah yang berdekatan dengan dua gunung berapi yang paling aktif di pulau Flores itu.
Relokasi permanen diambil untuk meminimalisir jatuhnya korban jiwa dalam letusan gunung berapi Lewotobi di masa depan.