[Congkasae.com/Kereba] Erupsi Gunung berapi Lewotobi Laki-Laki pada Minggu 3 November malam memuntahkan lava pijar disertai material vulkanik berupa batu dan kerikil panas.
Letusan Lewotobi kali ini terjadi di tengah malam dalam kondisi listrik mati.
Warga yang bermukim di kawasan lereng gunung berapi terus dihujani material vulkanik yang memaksa mereka berusaha untuk menyelamatkan diri di tengah hujan material vulkanik berupa batu serta kerikil panas.
Dalam rekaman video yang beredar luas di dunia maya, tampak beberapa kendaraan pengungsi dalam kondisi rusak parah dengan kaca depan mobil yang bolong dihantam batu dari langit ketika kendaraan itu tengah melaju untuk menyelamatkan diri.
Kondisi rumah warga terbakar akibat lava pijar gunung lewotobi |
Kepala bidang kedaruratan Badan Pengendalian Bencana Daerah Flores Timur Avi Manggota Hallan mengatakan sejauh ini korban meninggal dunia akibat erupsi gunung Lewotobi sudah berjumlah 10 orang termasuk seorang biarawati.
Ia mengatakan para korban luka yang sudah berhasil dievakuasi saat ini sedang menjalani perawatan intensif di rumah sakit Hendrikus Fernandez Larantuka.
Dalam rekaman video yang beredar luas di media sosial facebook, beberapa unit rumah ikut hangus terbakar akibat hujan lava pijar bersuhu tinggi.
Sementara beberapa korban yang terpantau ikut terjebak dalam hujan abu dan material vulkanik mengalami luka bakar serius akibat erupsi gunung Lewotobi kali ini.
Seorang warga yang dilumuri debu berwarna putih tampak sedang dilarikan ke rumah sakit dengan menggunakan mobil bak terbuka.
Hingga kini belum diketahui nasib warga tersebut, sementara itu kepala biara SSPS Hokeng terkonfirmasi meninggal dunia dalam tragedi erupsi gunung Lewotobi kali ini.
Suster Nikolin SSPS yang merupakan kepala biara di Hokeng dikabarkan meninggal dunia dalam erupsi gunung Minggu malam.
Sementara para saksi mata mengatakan bagaimana usaha mereka untuk melarikan diri dari hujan material vulkanik bersuhu panas yang menghanguskan rumah warga di lereng gunung itu.
"Kondisi listrik mati, kami berusaha melarikan diri menggunakan kendaraan menuju Sikka,"ujar sumber ini kepada congkasae.com Senin siang.
Ia mengatakan dalam gelapnya malam, para pengungsi berusaha menyelamatkan diri di tengah gempuran material vulkanik.
"Di atas badan jalan sudah dipenuhi kerikil dari muntahan gunung, banyak pengendara yang jatuh akibat kerikil,"ujarnya menambahkan.
Meski sudah berhasil menyelamatkan diri namun saksi mata yang enggan menyebutkan namanya ini merasa kondisi yang terjadi pada Minggu malam ibarat peperangan.
"Situasinya seperti perang,"tambahnya.