Warga Sambi Nasi Barat merangsek masuk dan menendang pintu rumah kami, mereka membakar rumah serta menyuruh kami meninggalkan lokasi" Ester Inus warga Golo Lijun Elar Selatan
[Congkasae.com/Kereba] Sekelompok warga desa Sambi Nasi Barat kecamatan Riung, Kabupaten Ngada melancarkan aksi penyerangan terhadap warga desa Golo Lijun, Kecamatan Elar Selatan, Kabupaten Manggarai Timur.
Peristiwa tersebut terjadi pada Selasa 18 Februari 2025, kata Fabianus Nagur salah seorang warga desa Golo Lijun Elar Selatan yang rumahnya ikut dibakar para pelaku.
Menurut Fabi, pada hari Selasa itu secara tiba-tiba sekelompok warga yang berasal dari desa Sambi Nasi Barat kabupaten Ngada merangsek masuk ke wilayah perkampungan warga desa Golo Lijun dengan membawa serta senjata tajam, dan bahan bakar minyak jenis pertalite.
"Mereka berteriak, Mari sudah lawan kami, ini saatnya kita perang," kata Fabianus ketika melaporkan peristiwa itu kepada Polisi di Borong Manggarai Timur Kamis (20/2/2025).
Selain itu kelompok warga Sambi Nasi Barat juga disebutkan Fabianus mengancam istri serta anak Fabianus untuk dibunuh.
Usai melakukan pengancaman tersebut para pelaku mengeluarkan bahan bakar pertalite lalu menyulutkan korek api pada rumah milik Fabianus.
"Semua barang-barang kami tidak ada satupun yang selamat. Semuanya hangus terbakar," ucap Fabianus.
Fabianus yang tak bisa berbuat banyak sempat dilempari batu oleh para pelaku, dalam aksinya para pelaku menyuruh Fabianus meninggalkan tanah tersebut lantaran diklaim milik warga Sambi Nasi.
Salah seorang Ibu Rumah Tangga atas nama Ester Inus mengatakan ia sedang duduk dalam rumahnya bersama anak-anaknya ketika penyerangan terjadi.
"Tiba-tiba mereka (orang Sambi Nasi) datang menendang pintu rumah, sambil berteriak keluar dari sini, ini tanah kami,"kata Ester Inus.
Ester mengatakan warga lain secara tiba-tiba melakukan perusakan pada beberapa bagian rumah miliknya sembari menyiramkan pertalite untuk dibakar.
Melihat hal itu, Ester berusaha menyelamatkan diri bersama anak-anaknya, mereka lari keluar rumah namun sempat dicegat kelompok pria sambil menunjukkan parang panjang pada Ester mereka meminta Ester untuk meninggalkan tanah itu karena diklaim sebagai tanah milik warga Desa Sambi Nasi.
"Akhirnya saya lari sambil menangis karena takut dibunuh," kisah Ester.
Dalam aksinya para pria yang berasal dari desa Sambi Nasi Barat itu langsung membakar rumah milik Ester beserta isinya.
Pembakaran itu, sambung Ester disaksikan dirinya beserta anak-anaknya,"Perbuatan itu sungguh tidak manusiawi sekali bagi saya, kami buat rumah itu bersusah payah bahkan kumpul uang bertahun-tahun untuk bisa bangun itu rumah," katanya.
Sementara itu warga lain atas nama Fabi Nagur mengatakan ini kali kedua kelompok warga Sambi Nasi melancarkan serangan kepada masyarakat desa Golo Lijun.
Penyerangan sebelumnya dilancarkan pada bulan Maret tahun 2024 silam yang mengakibatkan 5 unit rumah di kampungya terbakar.
"Penyerangan pada Selasa kemarin itu 5 unit rumah yang dibakar pelaku,"kata Fabi.
Sementara itu Kapolres Manggarai Timur AKBP Suryanto mengatakan persoalan tapal batas antara Manggarai Timur dan Ngada harus diselesaikan oleh semua stakeholders bukan hanya melibatkan polisi.
"Masalah ini harus diselesaikan secara komprehensif oleh pemerintah daerah, baik Pemerintah Kabupaten Manggarai Timur maupun Pemerintah Kabupaten Ngada," ujar Kapolres Suryanto saat ditemui wartawan di ruang kerjanya pada Kamis, 20 Februari 2025.
Suryanto berujar akan segera mengamankan lokasi kejadian untuk meredam kemungkinan adanya konflik horisontal di tengah masyarakat.
Ia meminta kepada warga desa Sambi Nasi Barat untuk menahan diri dan menghindari aksi serupa dan akan mengusut tuntas para pelaku pembakaran.
"Kami akan menyelesaikan masalah ini secara komprehensif dan tuntas," ujarnya.
Penyerangan tersebut menjadi lonceng peringatan bagi bupati Manggarai Timur terpilih Andreas Agas bahwa pekerjaan rumahnya terkait konflik tapal batas belum usai meski baru mengawali masa kepemimpinan untuk periode kedua.
Pada periode pertamanya pada Selasa 14 Mei 2019 bupati Ande memang sempat duduk bersama gubernur NTT Viktor Laiskodat serta bupati Ngada Paulus Soliwoa serta kemendagri untuk mencari solusi konflik tapal batas Manggarai Timur-Ngada yang terjadi selama 51 tahun itu sejak 1973.
Dalam kesempatan itu Gubernur NTT Viktor Laiskodat menawarkan penyelesaian sengketa yang menguntungkan kedua belah pihak baik pemkab Manggarai Timur maupun pemkab Ngada dengan menarik garis lurus dari utara ke selatan pulau Flores.
![]() |
Tapal Batas Manggarai Timur Ngada yang bersengketa |
Dengan keputusan tersebut, kawasan persawahan di Buntal menjadi milik kabupaten Manggarai Timur sementara kawasan ekonomi Teluk Kelambu masuk wilayah kabupaten Ngada.
Hasil keputusan itu menyebutkan wilayah 15 km arah barat titik koordinat menjadi milik kabupaten Manggarai Timur sementara 15 km dari titik koordinat ke wilayah timur menjadi milik kabupaten Ngada.
Adapun tapal batas baru itu akan membentang dari Buntal pantai utara pulau Flores hingga ke muara Wae Mokel di sisi selatan pulau Flores.
Kesepakatan tersebut telah dilakukan ketok palu dimana dua pemda yang bersengketa satu suara soal keputusan baru tersebut.