Kematian Babi di beberapa kabupaten di Flores awal tahun 2025: Sikka 356 ekor, Ende 808 ekor, Ngada 10 Ekor
[Congkasae.com/Kereba] Virus demam babi Afrika alias African Swine Fever (ASF) dilaporkan kembali mewabah di pulau Flores.
Salah satu kabupaten yang melaporkan adanya wabah flu babi Afrika pada awal tahun 2025 adalah kabupaten Sikka.
Kepala Dinas Pertanian Kabupaten Sikka Satriawan Sadipun mengatakan dalam kurun waktu antara Oktober 2024 hingga Februari 2025 ratusan ekor babi telah mati akibat wabah ASF di kabupaten Sikka yang terus meluas.
"Ada 356 ternak babi mati sepanjang Bulan Oktober-Februari Minggu kedua,"kata Satriawan seperti dilansir Detik Kamis (13/2/2025).
Satriawan menambahkan sedikitnya sudah 8 kecamatan yang melaporkan adanya wabah ASF di kabupaten Sikka yakni kecamatan Talibura mencatat angka kematian tertinggi dengan 128 ekor, disusul Alok Barat (115 ekor), Palue (80 ekor), Alok (11 ekor), Kangae (10 ekor), Koting (5 ekor), Nita (4 ekor), dan Magepanda (3 ekor).
Selain di kabupaten Sikka, para peternak babi di kabupaten Ende juga mengalami nasib serupa dimana ratusan ekor babi mati secara mendadak dalam kurun waktu awal tahun 2025.
Para peternak babi di Ende pun mulai resah dengan kematian babi yang ditengarahi terjadi akibat virus ASF.
Kendati demikian kepala dinas Pertanian kabupaten Ende Gadir Dean belum dapat memastikan penyebab utama kematian ternak babi di wilayah tersebut lantaran diperluhkan uji sampling.
"Karena harus menunggu hasil pemeriksaan sampel di Laboratorium Veterinary Bali,"ujar Dean.
Ia mengatakan saat ini sebanyak 808 ekor babi yang telah mati di kabupaten Ende dalam kurun waktu Januari hingga Februari 2025.
Selain kabupaten Ende kabupaten Ngada menjadi kabupaten ketiga yang melaporkan adanya wabah ASF di pulau Flores.
Kepala Dinas Peternakan kabupaten Ngada, Felisitas Killa mengatakan sedikitnya 10 ekor babi dilaporkan mati akibat terpapar virus ASF di kabupaten itu di awal tahun 2025.
Felisitas mengatakan wabah pertama dilaporkan dari peternak babi asal desa Kelitei kecamatan Aimere.
"Untuk sumber penularan, di lapangan sedang dilakukan penyidikan,” ujar Felisitas.
Wabah Flu babi Afrika pertama kali masuk ke pulau Flores pada tahun 2020 silam yang mengakibatkan ribuan ekor ternak babi mati mendadak di pulau itu.
Kematian ternak babi secara massal itu mengakibatkan kerugian ekonomis bagi para peternak yang berimbas pada naiknya harga daging babi akibat kelangkaan ternak babi.
Sementara itu pengamat peternakan dari Politani Kupang Dr.drh. Ewaldus Wera, M.Sc mengatakan virus babi Afrika alias ASF tidak memiliki obat atau vaksin sampai saat ini.
"Karena virus itu langsung menyerang sistem imun dari ternak itu sendiri,"kata Ewaldus Wera.
Ewaldus mengatakan ternak babi yang terinfeksi virus babi Afrika memiliki beberapa gejala klinis yang mudah dikenali seperti ternak babi tak mau makan, lalu disusul keluarnya leleran (ingus) di hidung, lalu muncul bintik-bintik merah di kulit babi.
"Jadi kalau sudah begitu babi akan demam tinggi dan hanya hitung jam babi akan mati,"ujar Ewaldus.
Ia mengatakan satu-satunya cara dalam mengatasi sebaran virus ASF adalah dengan menjalankan prinsip biasecurity kandang.
"Batasi akses keluar masuk orang asing ke kandang, selalu bersihkan kandang dan berikan pakan yang berkualitas jangan berikan limbah daging babi ke ternak yang masih sehat,"ujar Ewaldus.