- -->
  • Jelajahi

    Copyright © Congkasae.com
    Best Viral Premium Blogger Templates

    Iklan

    Pengakuan Pater Stef Wrosz SVD Sebelum Wafat: Saya Memilih Manggarai

    Penulis: Antonius Rahu | Editor:Tim Redaksi
    01 Maret, 2025, 09:26 WIB Last Updated 2025-03-01T03:13:31Z
    Post ADS 1
    Post ADS 1

     
    Ini Alasan Pater Stef Wrosz Enggan Kembali ke Polandia dan Memilih Manggarai

    "Saya punya 9 saudara dan semuanya sudah meninggal, anak-anak mereka pun sudah tidak ada yang mengenali saya,"ujar Pater Stef.


    [Congkasae.com/Kereba] Pater Stef Wrosz SVD yang merupakan misionaris senior dari serikat Sabda Allah (SVD) dikabarkan meninggal dunia dalam usia yang ke 88 tahun di rumah sakit Lehong, Borong, Manggarai Timur, Flores pada Kamis 27 Februari 2025.


    Kabar berpulangnya pater Stef tersiar di media sosial facebook terutama di kalangan umat beriman di keuskupan Ruteng.


    Usai menghembuskan napas terakhirnya pada hari yang sama pater Stef langsung dibawa ke provinsial SVD di Ruteng untuk disemayamkan.


    Jadwal penguburannya dilakukan pada hari Sabtu 1 Maret 2025 bertempat di tempat pemakaman khusus di St Klaus Kuwu.


    Pater Stef yang menghabiskan masa tuanya di rumah ret-ret Seminari Pius XII Kisol itu  mengeluhkan sakit pada bagian lututnya pada 28 Januari 2025.


    Hal tersebut disampaikan Juliana salah seorang karyawati di rumah wisma Arnoldus Kisol yang selama ini mengurus pater Stef Wrosz.


    "Untuk makan saja Ia susah telan, sehingga kami harus memblender makanan menjadi bubur halus untuk disuap,"ujar Juliana.


    Pater Stef kemudian dibawah ke rumah sakit Lehong lantaran kondisi kesehatannya yang tak kunjung membaik.


    "Ternyata ada infeksi di bagian paru-parunya,"ujar Juliana.


    Kondisi kesehatan yang kian memburuk mengakibatkan nyawa pater Stef tak tertolong, ia dinyatakan meninggal dunia pada Kamis dinihari.


    Pater Stef dikenal sebagai seorang imam yang memiliki dedikasi pelayanan yang sangat tinggi di kalangan umat yang pernah dilayaninya.


    Dalam pembicaraan dengan media ini di ruang tunggu Bandara Internasional Komdo Labuan Bajo pada April 2022 silam pater Stef mengatakan rasa cintanya akan tanah misi Manggarai.


    "Saya datang ke sini tahun 1965 waktu itu kondisi Manggarai sangat jauh dari yang kita alami hari ini, ke mana-mana naik kuda, tidak ada kendaraan seperti sekarang, kelaparan di mana-mana, tidak ada pakayan pokoknya sangat memprihatinkan,"kisah pater Stef Wrosz.


    Ia mengatakan kerap membantu umat yang mengalami penderitaan khususnya di wilayah yang dilayaninya kala itu seperti umat di paroki Lengor kevikepan Borong.


    "Penyakit malaria adalah momok yang paling menakutkan, selain itu umat banyak yang kekurangan pakayan, jadi saya menulis surat ke Polandia untuk dikirimkan obat-obatan dan pakayan yang dibagikan kepada umat,"ujar Pater Stef.

    Pater Stef Wrosz SVD


    Ia mengatakan selain obat-obatan dan pakayan ia juga meminta makanan berupa susu untuk anak-anak yang mengalami kekurangan gizi.


    "Kalau bantuan datang biasanya langsung dibagikan kepada umat yang membutuhkan,"ujarnya.


    Selain membantu umat, pater Stef yang kala itu masih muda juga mengusulkan dana bantuan ke Eropa yang akan digunakan untuk pembangunan beberapa paroki di wilayah kevikepan Borong.


    Hasilnya beberapa paroki baru mulai terbentuk seperti paroki Wukir, Paroki Mamba, Paroki Tilir, Paroki Mbata dan Paroki Mbeling, selain pembentukan paroki ia juga kerap membangun gereja stasi di wilayah paroki tersebut.


    Di wilayah paroki Mbata misalnya imam yang dijuluki tuang Stef oleh umat ini membangun kapela di stasi-stasi.


    Ia juga rajin melakukan pelayanan di wilayah stasi paling terisolir sebut saja stasi Munda, Lendo, Satar Mata yang terletak di seberang sungai Wae Mokel.


    Untuk menjangkau wilayah stasi tersebut ia harus berjalan kaki belasan kilo meter dengan kondisi jalan yang terjal dan panas terik.


    Tak jarang ia harus menerjang derasnya arus air sungai Wae Mokel terutama di musim hujan ketika debit sungai Wae Mokel meningkat.


    "Makanya saya bangun itu jembatan gantung di sungai Wae Mokel menuju Munda, saya tidak tahu apakah jembatan itu masih berfungsi atau tidak,"tanya pater Stef.


    Jembatan yang disebutkan pater Stef itu merupakan sebuah jembatan gantung yang terbuat dari besi, jembatan tersebut viral di media masa lantaran kerap digunakan warga Gunung Baru ketika menyberangi sungai Wae Mokel meski kondisinya sudah keropos dimakan usia.


    Selama bermisi di Manggarai Pater Stef mengaku hanya beberapa kali kembali ke negaranya Polandia.


    Ia terkahir kali kembali ke Polandia sekitar belasan tahun lalu, ketika disinggung soal beberapa imam rekannya yang memilih kembali ke negaranya ketika purna tugas di tanah misi, sebut saja pater Franz Galis SVD, dan pater Jan Olecky SVD pater Stef mengatakan enggan kembali ke Polandia dan memilih Manggarai lantaran beberapa hal.


    "Saya punya 9 saudara dan semuanya sudah meninggal, anak-anak mereka pun sudah tidak ada yang mengenali saya,"ujar Pater Stef.


    Ia menambahkan ketika kembali ke Polandia pun ujung-ujungnya akan ditempatkan di rumah jompo.



    "Diurusi oleh orang-orang yang saya tidak kenal, jadi semuanya akan terasa asing bagi saya,"tambah pater Stef.


    Hal tersebut, sambung pater Stef, berbeda dengan umat di Manggarai yang sangat ramah dan banyak yang mengenali beliau.


    "Di Manggarai banyak yang mengenali saya, jadi tidak susah bagi saya,"katanya.


    Untuk itu pater Stef memilih Manggarai sebagai tempat untuk mengakhiri masa tuanya, tanah misi yang sejak awal ia pilih.


    Saat ini raga almarhum pater Stef sudah tiada akan tetapi karya-karya misinya akan terus terpatri di dalam jiwa dan benak kita.


    Banyaknya gereja paroki dan kapela yang berdiri megah di wilayah kevikepan Borong seolah menjadi warisan yang bernilai yang tak akan hapus dimakan zaman.


    Pater Stef adalah pembawa terang sejati bagi umat katolik di Manggarai (ata ba gerak agu wesak wela neteng bendar).


    Ia telah mendedikasikan hidup sepenuhnya untuk pelayanan umat dan kemanusiaan di tanah misi Manggarai (pande keko ata lemot, pande too ata toko, pande si'ar diding winggar).


    Dan hari ini ia telah kembali kepada milik KepunyaaNYA (Wee mbaru mese, kole mbaru koe) semoga pater Stef diterima dalam Surga yang abadi. Selamat jalan tuang Stef.

    Komentar

    Tampilkan

    ads